Bermain bagi anak adalah mutlak diperlukan (suatu
kebutuhan) untuk mengembangkan daya cipta, imajinasi, prasaaan, kemauan,
motivasi dalam suasana riang gembira. Kalau ada anak yang berdiam diri
termenung, tidak senang, tidak bergerak perlu ditelusuri, diteliti bahkan
dicurigai, sebab kemungkinan ia sakit (fisik maupun psikis), misalnya kecewa,
tersinggung sehingga ia mogok bermain. Kalau sampai terjadi demikian, anak perlu
didekati serta dibujuk dan anak tidak perlu disalahkan atau dimarahi apalagi
dicaci-maki sebab dapat berakibat anak justru melawan atau bertambah diam.
Perhatian anak perlu dialihkan pada kesenangan, hobinya sehingga sedikit demi
sedikit ia mau berbuat sesuatu akhirnya mau bermain.
Bermain adalah suatu aktiviti dan kualiti fikiran
dalam terlibat dengan pandangan dunia seseorang. Bermain merujuk kepada
berbagai kegiatan sukarela, termotivasi intrinsik yang biasanya berkait dengan
kesenangan dan keseronokan.
Bermain adalah dunia kerja anak usia prasekolah dan
menjadi hak setiap anak tanpa dibatasi usia. Melalui bermain, anak dapat
memetik manfaat bagi perkembangan aspek fisik-motorik, kecerdasan, dan sosial
emosional. Ketiga aspek ini saling menunjang satu sama lain dan tidak dapat
dipisahkan. Bila salah satu aspek tidak diberikan kesempatan untuk
berkembang maka akan terjadi
ketimpangan. Pada saat inilah anak mampu menyerap informasi yang sangat tinggi
sekaligus untuk pengembangan intelegensi permanen.
Menurut Slamet Suyanto bermain memiliki peran penting
dalam perkembangan anak antara lain bidang perkembangan fisik-motorik bahasa,
intelektual, moral, sosial dan emosional, sebagai berikut.
1. Bermain
Mengembangkan Kemampuan Motorik
Bermain
memungkinkan anak bergerak secara bebas sehingga anak mampu mengembangkan
kemampuan motoriknya. Pada saat bermain anak berlatih menyesuaikan antara
pikiran dan gerakan menjadi suatu keseimbangan. Menurut Piaget anak terlahir
dengan kemampuan reflex, kemudian ia belajar menggabyngkan dua atau lebih gerak
reflex, dan pada akhirnya ia mampu mengontrol gerakannya. Melalui bermain anak
belajar mengontrol gerakannya menjadi terkoordinasi.
2. Bermain
Mengembangkan Kemampuan Koognitif
Menurut
Piaget (1962) anak belajar mengkonstruksi pengetahuan dengan berinteraksi
dengan objek yang ada di sekitarnya. Bermain menyediakan kesempatan kepada anak
untuk berinteraksi dengan objek. Anak memiliki kesempatan untuk menggunakan
indranya, seperti menyentuh, mencium, melihat, dan mendengarkan untuk
mengetahui sifat-sifat objek.dari pengindraan tersebut anak memperoleh
fakta-fakta, informasi, dan pengalaman yang akan menjadi dasar untur berpikir
abstrak. Jadi bermain menjembatani anak dari berpikir konkret ke berpikir
abstrak. Vygostky (1976) menyatakan bahwa pada saat bermain pikiran anaak terbebas
dari situasi kehidupan yang nyata yang menghambat anak berpikir abstrak.
Penelitian Hoorn (1993) menunjukkan bahwa bermain memiliki peran yang sangat
penting dalam mengembangkan kemampuan berpikir logis, imajinasi dan
kreativitas.
3. Bermain
Mengembangkan Kemampuan Afektif
Setiap
permainan memiliki aturan. Aturan akan diperkenalkan oleh teman bermain sedikit
demi sedikit dan tahap demi tahap sampai setiap anak memahami aturan mainnya.
Oleh karena itu, bermain akan melatih anak dalam menyadari akan adanya aturan
dan pentingnya mematuhi aturan. Hal itu merupakan tahap awal dari perkembangan
morel.
4. Bermain
Mengembangkan Kemampuan Bahasa
Pada
saat bermain anak didik menggunakan bahasa, baik untuk berkomunikasi dengan
temannya atau sekadar menyatakan pikirannya (thinking aloud). Sering kita
menjumpai anak kecil bermain sendiri sambil mengucapkan kata-kata seakan-akan
ia bercakap-cakap dengan diri sendiri. Ia sebenarnya “membahasakan” apa yng ada
dalam pikirannya. Menurut Vygostky (1926) peristiwa seperti itu menggambarkan
bahwa anak sedang dalam tahap menggabungkan pikiran dan bahasa sebagai satu
kesatuan. Ketika anak bermain dengan temannya mereka juga saling berkomunikasi
dengan menggunakan bahasa anak dan itu berarti secara tidak langsung anak
belajar bahasa.
5. Bermain
Mengembangkan Kemampuan Sosial
Pada
saat bermain anak berinteraksi dengan anak yang lain. Interaksi tersebut
mengajarkan anak bagaimana merespons, memberi dan menerima, menolak atau setuju
dengan ide dan perilaku anak yang lain. Hal itu sedikit demi sedikit akan
mengurangi rasa egosentrisme pada anak dan mengembangkan kemampuan sosialnya.
6. Bermain
Mengembangkan Kemampuan Afektif
Setiap
permainan memiliki aturan. Aturan akan diperkenalkan oleh teman bermain sedikit
demi sedikit dan tahap demi tahap sampai setiap anak memahami aturan mainnya.
Oleh karena itu, bermain akan melatih anak dalam menyadari akan adanya aturan
dan pentingnya mematuhi aturan. Hal itu merupakan tahap awal dari perkembangan
moral.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 2013. (www.wikipedia.com).
Diakses tanggal 03 September 2013.
Anonim. 2008. (www.jurnal.untan.ac.id).
Diakses tanggal 03 September 2013.
Santoso,
Soegeng. 2007. Dasar-Dasar Pendidikan TK.
Jakarta : Universitas Terbuka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar