A.
Hakikat Keterampilan Berbicara
Pengertian keterampilan menurut
Yudha dan Rudhyanto (2005: 7) “Keterampilan adalah kemampuan anak dalam
melakukan berbagai aktivitas seperti motorik, berbahasa, sosial-emosional, kognitif,
dan afektif (nilai-nilai moral)”. Keterampilan yang dipelajari dengan baik akan
berkembang menjadi kebiasaan. Terdapat hubungan yang saling mempengaruhi antara
keterampilan dengan perkembangan kemampuan keseluruhan anak. Keterampilan anak
tidak akan berkembang tanpa adanya kematangan. Beberapa faktor yang
mempengaruhi keterampilan pada anak yaitu: keturunan, makanan, intelegensi,
pola asuh, kesehatan, budaya, ekonomi, sosial, jenis kelamin, dan rangsangan
dari lingkungan.
Dalam Kamus besar Bahasa
Indonesia (2001: 1180) keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas.
Jadi, dapat disimpulkan keterampilan adalah kemampuan anak dalam melakukan
berbagai aktivitas dalam usahanya untuk menyelesaikan tugas. Keterampilan perlu
dilatihkan kepada anak sejak dini supaya di masa yang akan datang anak akan
tumbuh menjadi orang yang terampil dan cekatan dalam melakukan segala
aktivitas, dan mampu menghadapi permasalahan hidup. Selain itu mereka akan
memiliki keahlian yang akan bermanfaat bagi masyarakat.
Keterampilan yang saya
observasi dan yang akan saya bahas disini adalah khusus keterampilan berbicara
yang diperuntukkan untuk anak usia 2 tahun, karena pada masa ini adalah masa
emas untuk melatih keterampilannya dan kemampuan berbicaranya.
Berbicara secara umum dapat
diartikan suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, gagasan, atau isi hati)
seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud
tersebut dapat dipahami oleh orang lain. Tarigan (Suhartono, 2005: 20)
mengemukakan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau
kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran,
gagasan, dan perasaan. Selanjutnya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI,
2005: 165) berbicara adalah “beromong, bercakap, berbahasa, mengutarakan isi
pikiran, melisankan sesuatu yang dimaksudkan”. Bicara merupakan bentuk
komunikasi yang paling efektif, penggunaannya paling luas dan paling penting. Sejalan
dengan ini Hariydi dan Zamzami (Suhartono, 2005: 20) mengatakan berbicara pada
hakikatnya merupakan suatu proses berkomunikasi, sebab didalamnya terjadi pesan
dari suatu sumber ke tempat lain. Dari pengertian yang sudah disebutkan dapat
disimpulkan bahwa berbicara merupakan suatu proses untuk mengekspresikan,
menyatakan, serta menyampaikan ide, pikiran, gagasan, atau isi hati kepada
orang lain dengan menggunakan bahasa lisan yang dapat dipahami oleh orang lain.
Menurut Suhartono (2005: 21)
Berbicara merupakan bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor
fisik, psikologis, neurologis, semantik, dan linguistik. Pertama, faktor fisik
yaitu alat ucap untuk menghasilkan bunyi bahasa, seperti kepala, tangan, dan
roman muka yang dimanfaatkan dalam berbicara. Kedua, faktor psikologis dapat
mempengaruhi terhadap kelancaran berbicara. Oleh karena itu stabilitas emosi
tidak hanya berpengaruh terhadap kualitas suara tetapi juga berpengaruh
terhadap keruntutan bahan pembicaraan. Ketiga, faktor neurologis yaitu jaringan
saraf yang menghubungkan otak kecil dengan mulut, telinga dan organ tubuh lain
yang ikut dalam aktivitas berbicara. Keempat, faktor semantik yang berhubungan dengan
makna. Kelima, faktor linguistik yang berkaitan dengan struktur bahasa. Bunyi
yang dihasilkan harus disusun menurut aturan tertentu agar bermakna. Jika kata-kata
yang disusun itu tidak mengikuti aturan bahasa akan berpengaruh terhadap
pemahaman makna oleh lawan bicaranya.
Berdasarkan pengertian
keterampilan dan pengertian berbicara di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
keterampilan berbicara adalah kemampuan untuk mengekspresikan, menyatakan,
serta menyampaikan ide, pikiran, gagasan, atau isi hati kepada orang lain
dengan menggunakan bahasa lisan yang dapat dipahami oleh orang lain. Aktivitas
anak yang dapat dilakukan yaitu dengan berinteraksi dan berkomunikasi dengan
orang-orang yang ada disekitarnya, sehingga dapat melatih anak untuk terampil
berbicara.
Keterampilan berbicara perlu
dilatihkan kepada anak sejak dini, supaya anak dapat mengucapkan bunyi-bunyi
artikulasi atau kata-kata sehingga mampu mengekspresikan, menyatakan, serta
menyampaikan ide, pikiran, gagasan, atau isi hati kepada orang lain. Belajar
berbicara dapat dilakukan anak dengan bantuan dari orang dewasa melalui
percakapan. Dengan bercakap-cakap, anak akan menemukan pengalaman dan meningkatkan
pengetahuannya dan mengembangkan bahasanya. Anak membutuhkan reinforcement (penguat),
reward (hadiah, pujian), stimulasi, dan model atau contoh yang baik dari
orang dewasa agar kemampuannya dalam berbahasa dapat berkembang secara maksimal.
Berbicara bukanlah sekedar
pengucapan kata atau bunyi, tetapi merupakan suatu alat untuk mengekspresikan,
menyatakan, menyampaikan atau mengkomunikasikan pikiran, ide, maupun perasaan.
Berbicara merupakan suatu keterampilan berbahasa yang berkembang dan dipengaruhi
oleh keterampilan menyimak. Kemampuan berbicara berkaitan dengan kosa kata yang
diperoleh anak dari kegiatan menyimak dan membaca.
Nurbiana (2008: 3.6)
menyebutkan dua tipe perkembangan berbicara anak :
1.
Egosentric
Speech, terjadi ketika anak berusia
2-3 tahun, dimana anak berbicara kepada dirinya sendiri (monolog). Perkembangan
berbicara anak dalam hal ini sangat berperan dalam mengembangkan kemampuan berpikirnya.
2.
Socialized
speech, terjadi ketika anak
berinteraksi dengan temannya ataupun lingkungannya. Hal ini berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan adaptasi sosial anak. Berkenaan dengan hal tersebut
terdapat 5 bentuk socialized speech yaitu (1) saling tukar informasi
untuk tujuan bersama; (2) penilaian terhadap ucapan atau tingkah laku orang
lain; (3) perintah, permintaan, ancaman; (4) pertanyaan; dan (5) jawaban.
B.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa anak
Hurlock (1978 : 186)
mengemukakan kondisi yang dapat menimbulkan perbedaan dalam berbicara yaitu
kesehatan, kecerdasan, keadaan sosial ekonomi, jenis kelamin, keinginan
berkomunikasi, dorongan, ukuran keluarga, urutan kelahiran, metode pelatihan
anak, kelahiran kembar, hubungan dengan teman sebaya, kepribadian. Kondisi yang
dapat menimbulkan perbedaan berbicara tersebut dapat diuraikan berikut ini.
1.
Kesehatan
Anak yang sehat, lebih cepat
belajar berbicara ketimbang anak yang tidak sehat, karena motivasinya lebih
kuat untuk menjadi anggota kelompok sosial dan berkomunikasi dengan anggota
kelompok tersebut.
2.
Kecerdasan
Anak yang memiliki kecerdasan
tinggi belajar berbicara lebih cepat dan memperlihatkan penguasaan bahasa yang
lebih unggul ketimbang anak yang tingkat kecerdasannya rendah.
3.
Keadaan Sosial
Ekonomi
Anak dari kelompok yang keadaan
sosial ekonominya tinggi lebih mudah belajar berbicara, mengungkapkan dirinya
lebih baik, dan lebih banyak berbicara ketimbang anak dari kelompok yang
keadaan sosial ekonominya lebih rendah. Penyebab utamanya adalah bahwa anak
dari kelompok yang lebih tinggi, lebih banyak di dorong untuk berbicara dan
lebih banyak dibimbing melakukannya.
4.
Jenis Kelamin
Anak perempuan lebih cepat
dalam belajar berbicara dibandingkan anak lakilaki. Pada setiap jenjang umur,
kalimat anak lelaki lebih pendek dan kurang betul tata bahasanya, kosa kata
yang diucapkan lebih sedikit, dan pengucapannya kurang tepat ketimbang anak
perempuan.
5.
Keinginan
Berkomunikasi
Semakin kuat keinginan untuk
berkomunikasi dengan orang lain semakin kuat motivasi anak untuk belajar
berbicara, dan semakin bersedia menyisihkan waktu dan usaha yang diperlukan
untuk belajar.
6.
Dorongan
Semakin banyak anak didorong
untuk berbicara dengan mengajaknya bicara dan didorong menanggapinya, akan
semakin awal mereka belajar berbicara dan semakin baik kualitas bicaranya.
7.
Ukuran Keluarga
Anak tunggal atau anak dari
keluarga kecil biasanya berbicara lebih awal dan lebih baik ketimbang anak dari
keluarga besar, karena orang tua dapat menyisihkan waktu yang lebih banyak
untuk mengajar anaknya berbicara.
8.
Urutan Kelahiran
Dalam keluarga yang sama, anak
pertama lebih unggul ketimbang anak yang lahir kemudian. Ini karena orang tua
dapat menyisihkan waktunya yang lebih banyak untuk mengajar dan mendorong anak
yang lahir pertama dalam belajar berbicara ketimbang untuk anak yang lahir
kemudian.
9.
Metode Pelatihan
Anak
Anak-anak yang dilatih secara
otoriter yang menekankan bahwa “anak harus dilihat dan bukan didengar”
merupakan hambatan belajar, sedangkan pelatihan yang memberikan keleluasaan dan
demokratis akan mendorong anak untuk belajar.
10. Kelahiran Kembar
Anak yang lahir kembar umumnya
terlambat dalam perkembangan bicaranya terutama karena mereka lebih banyak
bergaul dengan saudara kembarnya dan hanya memahami logat khusus yang mereka
miliki. Ini melemahkan motivasi mereka untuk belajar berbicara agar orang lain
dapat memahami mereka.
11. Hubungan Dengan Teman Sebaya
Semakin banyak hubungan anak
dengan teman sebayanya dan semakin besar keinginan mereka untuk diterima
sebagai anggota kelompok sebaya, akan semakin kuat motivasi mereka untuk
belajar berbicara.
12. Kepribadian
Anak yang dapat menyesuaikan
diri dengan baik cenderung kemampuan bicarnya lebih baik, baik secara
kuantitatif maupun secara kualitatif, ketimbang anak yang penyesuaian dirinya
kurang baik. Kenyataanya, berbicara seringkali dipandang sebagai salah satu
petunjuk anak yang sehat mental.
Dari uraian di atas menunjukan
bahwa kondisi yang dapat menimbulkan perbedaan dalam berbicara dipengaruhi oleh
faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut sangat mempengaruhi
perkembangan berbicara anak. Faktor internal berkaitan dengan kondisi dalam
dirinya. Sedangkan faktor eksternal berkaitan dengan kondisi lingkunganya.
C.
Cara Stimulasi
Perkembangan Bahasa Anak
Dari observasi yang saya lakukan, cara menstimulasi aspek bahasa anak
adalah dengan berinteraksi langsung dengan anak. Hurlock mengatakan bahwa semakin banyak anak didorong untuk berbicara dengan
mengajaknya bicara dan didorong menanggapinya, akan semakin awal mereka belajar
berbicara dan semakin baik kualitas bicaranya. Dan memang terbukti bahwasanya
anak yang saya observasi ini sudah mampu berbicara 200-400 kata dan meniru kata
yang diucapkan orang lain.
D.
Kaitan
Berbicara Anak dengan Neurosains
Setiap aktivitas manusia
khususnya anak usia dini dikendalikan oleh otak. Otak
merupakan alat untuk memproses data tentang lingkungan internal dan eksternal
tubuh yang diterima reseptor pada alat indera (seperti mata, telinga, kulit,
dan lain-lain). Data tersebut dikirimkan oleh urat saraf yang dikenal dengan
system saraf keseluruhan. System saraf ini memungkinkan seluruh urat saraf
mengubah rangsangan dalam bentuk implus listrik. Kemudian implus listrik
dikirim ke pusat system saraf, yang berada di otak dan urat saraf tulang
belakang. Disinilah data diproses dan direspon dengan rangsangan yang
‘’cocok’’. Biasanya dalam tahap ini timbul saraf efektor, yang
berfungsi untuk mengirim implus saraf ke otot sehingga otot berkontraksi atau
rileks.
Dalam hal kempampuan berbicara
anak, bagian otak yang berperan penting adalah Cerebrum (khususnya Lobus
Temporal). Lobus temporalis merupakan satu
dari empat lobus utama dari otak. Lobus temporalis berada di bawah sylvian fissure dan di anterior korteks
oksipital dan parietal. Brodmann mengidentifikasi 10 area temporal, tetapi
penelitian anatomi terbaru menunjukkan banyak area pada monyet, apalagi pada
wanita. Region pada permukaan lateral temporal dapat dilihat pada bentuk auditory dan visual. Sylvian fissure berisi jaringan
yang membentuk insula yang meliputi gustatory cortex. Superior temporal sulcus
(STS) memisahkan girus superior dan middle serta berisi jumlah yang signifikan
dari neocortex, yang bisa dibagi dalam beberapa region. Korteks dari STS
bersifat multimodal, menerima input dari auditory, visual, dan region somatik.
Lobus temporal memiliki dua sulci penting yang terletak secara
horizontal dan parallel dengan Sylvian fissure. Mereka membagi lobus temporal
menjadi 3gyri: Superior Temporal Gyrus, Middle Temporal Gyrus, dan Inferior Temporal Gyrus. Inferior
Temporal Gyrus ukurannya lebih besar daripada yang kita lihat biasa dari
samping korteks karena itu letaknya di permukaan bawah dalam tengkorak.
Lobus temporalis tidak memiliki fungsi yang satu,
karena dalam lobus temporalis terdapat
primary auditory cortex, the
secondary auditory, dan visual cortex, limbic cortex, dan amygdala.
1.
Gangguan sensasi auditory dan
persepsi yaitu kerusakan pada auditory perceptual
terletak pada bagian kiri lobus temporal. Bagian kiri lobus temporal penting
untuk membedakan ucapan. Pada bagian ini juga terdapat gangguan yang disebut
dengan aphasia dimana seseorang sulit untuk mengenali kata-kata ( terletak pada
Wernicke’s area). Selain itu, ketika terjadi kerusakan pada bagian kanan lobus
temporal, maka seseorang akan mengalami kemunduran dalam mepersepsi
karakteristik tertentu dari musik (loudness, quality dan pitch)
2.
Gangguan selective attention
input auditory dan visual yaitu kerusakan pada bagian kanan lobus temporal akan
mengakibatkan ketidakmampuan seseorang dalam mengenali dan me-recall wajah
maupun gambar-gambar.
3.
Kelainan persepsi visual yaitu luka
pada bagian kiri lobus temporal akan mengakibatkan ketidakmampuan untuk fokus
karena sistem syarafnya terluka. Begitu juga dengan bagian kanan lobus
temporal.
4.
Kerusakan pengorganisasian dan
pengkategorisasian materi verbal yaitu kerusakan lobus temporal juga
mengakibatkan seseorang tidak dapat mengkategorisasikan sebuah kata, gambar,
maupun objek yang familiar.
5.
Gangguan pemahaman bahasa. Seseorang
dengan kerusakan ini mengakibatkan ia selalu keluar dari konteks, apakah itu
kalimat, gambar , maupun ekspresi wajah.
6.
Kerusakan memori jangka panjang
yaitu kerusakan pada lobus temporal mengakibatkan seseorang mengalami amnesia.
Kerusakan pada inferotemporal cortex mengakibatkan ketidak sadaran dalam
me-recall informasi. Luka pada bagian kiri lobus temporal mengakibatkan
seseorang tidak dapat me-recall materi verbal, sebaliknya jika bagian kanan
rusak, akan mengakibatkan ketidakmampuan me-recall materi non-verbal
7.
Perubahan kepribadian dan
perilaku afektif yaitu kerusakan lobus temporal mengakibatkan gangguan pada
emosi (karena amygdala terstimulasi).
8.
Perubahan perilaku seksual
DAFTAR PUSTAKA
Hildayani, Rini
dkk. 2007. Psikologi Perkembangan Anak.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Hurlock, Elizabeth.
1996. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentan Kehidupan.
Jakarta: Erlangga.
Kartono, Kartini.
1986. Psikhologi Anak. Bandung: Alumni.
Mulyani, S.
2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka.
Setiono,
Kusdwiratri. 2009. Psikologi Perkembangan.
Bandung: Widya Padjadjaran.
Best Casino Sites in 2021 - ChoEgoCasino.com
BalasHapus1. Red 카지노 꽁 머니 Dog Casino – Top Review & Best Casino Site In 2021! Find The Best Casino Sites For The USA Players. · 2. Wild Casino – Best For Slots.