A.
Pengertian Perkembangan Emosi
Kata emosi
berasal dari bahasa Prancis emotion, dari kata emouvoir, yang berarti
kegembiraan. Selain itu emosi juga berasal dari bahasa Latin emovere yang
berarti “luar” dan movere yang berarti “bergerak”. Lahey (2003) mengatakan
emosi merupakan suatu hal yang dihasilkan oleh fisiologis yang menyebabkan
munculnya reaksi emosi. Reaksi ini tidak dapat dibaca namun hanya dapat dilihat
dari ekspresinya dan perilaku saja. Daniel Goleman (2002) mengatakan bahwa emosi
merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan
psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.
Menurut Prezz
dalam Syukur (2011) emosi merupakan reaksi tubuh saat menghadapi situasi
tertentu. Sifat dan intensitas emosi sangat berkaitan erat dengan aktivitas kognitif
(berfikir) manusia sebagai hasil persepsi terhadap situasi yang dialaminya.
Reaksi manusia terhadap hadirnya emosi, disadari atau tidak memiliki dampak
yang bersifat membangun atau merusak. Dengan demikian bisa dikatakan emosi
tidak hanya merupakan reaksi terhadap kondisi diri sendiri maupun luar diri
sendiri, tetapi juga upaya pencapaian ke arah pembentukan diri menuju hidup
yang transendental (spiritual).
Sementara itu,
menurut Lazarus (dalam Gross, 2002) menyatakan bahwa emotions represent the ‘wisdom
of the ages”–emosi-emosi mengambarkan “kebijaksanaan usia”, membutuhkan
respon-respon yang telah teruji waktu terhadap masalah-masalah adaptif yang
berulang. Hal yang penting, bagaimanapun, emosi-emosi tidak memaksa kita untuk
berespon dalam suatu cara tertentu, emosi-emosi hanya membuat kita lebih
berkemungkinan untuk mengambil tindakan tertentu. Hal inilah yang membuat kita
mampu untuk mengatur emosi kita. Saat merasa takut, kita bisa saja lari, namun
tidak selalu akan berlari. Saat marah, kita bisa saja menghantam sesuatu,
tetapi juga tidak selalu. Bagaimana kita meregulasi emosi kita merupakan suatu
persoalan dari bagaimana kesejahteraan (well-being) tidak mungkin dipisahkan
dari kaitannya dengan emosi kita.
Menurut Frijda
(dalam Nyklicek, Vingerhoets, Zeelenberg, 2011) emosi adalah fenomena dasar
dari fungsi manusia, secara normalnya memiliki nilai adaptif untuk meningkatkan
keefektifan kita dalam hal mencapai tujuan kita dalam arti yang lebih luas.
Pada level antar individu, emosi membantu menginformasikan kepada orang lain
mengenai emosi yang mendasari dan maksud suatu perilaku. Pertukaran informasi
antar masing-masing orang merupakan hal yang penting bagi suatu hubungan antar
manusia, hal yang menentukan dari kesejahteraan sosial dan psikologis. Selain
itu juga berfungsi sebagai intrapersonal atau hubungan dengan dirinya sendiri.
Seperti dalam hal memperoleh insight kedalam nilai personal seseorang yang
penting untuk mengambil suatu keputusan. Berdasarkan dari berbagai definisi
diatas maka dapat disimpulkan bahwa emosi adalah respon kognitif, perasaan, dan
perilaku yang muncul akibat stimulus tertentu.
Emosi merupakan
reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu, sebagai contoh
emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara
fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku
menangis. Chaplin (2002, dalam Safaria, 2009) merumuskan emosi sebagai suatu
keadaan yang terangsang dari organisme mencakup perubahan-perubahan yang
disadari, yang mendalam sifatnya, dan perubahan perilaku. Emosi cenderung
terjadi dalam kaitannya dengan perilaku yang mengarah (approach) atau
menyingkir (avoidance) terhadap sesuatu. Perilaku tersebut pada umumnya
disertai adanya ekspresi kejasmanian sehingga orang lain dapat mengetahui bahwa
seseorang sedang mengalami emosi. Jika seseorang mengalami ketakutan mukanya
menjadi pucat, jantungnya berdebar-debar, jadi adanya perubahan-perubahan
kejasmanian sebagai rangkaian dari emosi yang dialami oleh individu yang
bersangkutan Walgito (1994, dalam Safaria, 2009).
Dapat
disimpulkan bahwa emosi adalah suatu perasaan dan pikiranyang khas, suatu
keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk
bertindakterhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individumencakup
perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya, dan perubahan
perilaku pada umumnya disertai adanya ekspresi kejasmanian.
B.
Ciri-ciri Emosi
Tiga ciri utama
dari emosi menurut Gross (2007) merupakan prototype yang berhubungan dari
penyebab awal adanya emosi, respon terhadap emosi, dan hubungan antara penyebab
awal adanya emosi dan respon terhadap emosi. Ketiga ciri-ciri utama tersebut
adalah:
1.
Emosi-emosi akan mencul saat
seseorang berada pada suatu situasi dan melihat sesuatu yang berhubungan dengan
tujuannya. Apapun tujuannya, dan apapun sumber makna dari situasinya bagi
seseorang, hal ini memberikan arti bagi seseorang, dan arti ini bisa
membangkitkan emosi seseorang. Berdasarkan arti tersebut terjadi perubahan dari
waktu ke waktu (baik perubahan berarti dalam situasi itu sendiri maupun
perubahan pada arti situasinya), maka emosi juga akan berubah.
2.
Emosi itu berbagai jenis.
3. Emosi lebih menekankan pada
pentingnya kualitas –hal ini seperti yang dikemukakan Frijda (1986) yang
membuat istilah “ control precedence” –berarti bahwa emosi-emosi bisa
menginterupsi apa yang sedang kita lakukan dan memaksa masuk kedalam kesadaran
kita. Bagaimanapun, emosi sering bersaing dengan respon lain yang juga
dihasilkan dari lingkungan sosial dimana emosi itu berperan. Kemampuan emosi
untuk berubah sudah ditekankan oleh William James (1884), yang menyatakan bahwa
emosi sebagai respon kecenderungan yang bisa dihasilkan dari berbagai cara.
Aspek ketiga dari emosi inilah yang menjadi hal penting untuk analisa regulasi
emosi karena ciri ini membuat regulasi bisa dilakukan.
Berdasarkan
dari ketiga ciri emosi diatas dapat disimpulkan bahwa emosi dapat muncul saat
seseorang melihat tujuannya, emosi itu terdiri dari berbagai jenis dan emosi
itu dapat diubah dan diregulasi. Ciri yang ketiga bahwa emosi dapat diregulasi
atau diatur ini yang menjadi dasar dari analisa regulasi emosi.
Karakteristik perkembangan emosi pada masa
awal anak adalah fase dimana saat ketidakseimbangan dimana anak mudah terbawa
ledakan-ledakan emosional sehingga sulit untuk diarahkan. Menurut Hurlock
perkembangan emosi ini mencolok pada anak usia 2,5 th – 3,5 thn dan 5,5 thn –
6,5 thn.
Ciri utama reaksi emosi pada anak :
1.
Reaksi emosi anak sangat kuat.
Dalam hal kekuatan, makin bertambahnya usia
anak, dan semakin bertambahnya matangnya emosi anak maka anak akan semakin
terampil dalam memilih kadar keterlibatan emosionalnya.
2.
Reaksi emosi anak mudah berubah dari satu
kondisi ke kondisi lain.
Emosi bersifat sementara,Peralihan yang cepat
pada anak-anak kecil dari tertawa kemudian menangis, atau dari marah ke
tersenyum, atau dari cemburu ke rasa saying
3.
Emosi dapat diketahui melalui gejala perilaku.
Anak-anak mungkin tidak memperlihatkan reaksi
emosional mereka secara langsung, tetapi mereka memperlihatkannya secara tidak
langsung melalui kegelisahan, melamun, menangis, kesukaran berbicara, dan
tingkah yang gugup, seperti menggigit kuku dan mengisap jempol.
4.
Emosi seringkali tampak
Anak-anak seringkali memperlihatkan emosi yang
meningkat dan mereka menjumpai bahwa ledakan emosional seringkali mengakibatkan
hukman, sehingga mereka belajar untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang
membangkitkan emosi. Kemudian mereka akan berusaha mengekang ledakan emosi
mereka atau bereaksi dengan cara yang lebih dapat diterima.
Anak mengkomunikasikan emosi melalui verbal, gerakan
dan bahasa tubuh. Bahasa tubuh ini perlu kita cermati karena bersifat spontan
dan seringkali dilakukan tanpa sadar. Dengan memahami bahasa tubuh inilah kita
dapat memahami pikiran, ide, tingkah laku serta perasaan anak. Bahasa tubuh
yang dapat diamati antara lain :
-
Ekspresi wajah
-
Napas
-
Ruang gerak,
-
gerakan tangan dan lengan
Keadaan anak dapat
dikenali melalui gejala tingkah laku yang ditampilkan, misalkan:
a.
Cemas : murung, diam, keringat dingin,
lari menjauh
b.
Senang : Senyum-senyum, mengeluarkan bunyi-bunyi,
bergumam,menyanyi, membelai, mengelus, memeluk, mencium
c.
Takut :
Mengkeret, wajahnya mengerut,
berteriak-teriak
d.
Marah : Gregetan seperti mau melawan, berteriak ”tidak!”, menyakitidiri sendiri,
menangis.
e.
Kesal : Menggigit, menjambak, membanting barang ke lantai,mengangkat barang dengan satu
tangan
f.
Sedih :
Murung, tidak mau makan,
melempar-lempar piring.
g.
Kecewa : Murung, wajah melas,
C.
Jenis-jenis Emosi
Secara umum
emosi yang terdapat di dalam diri manusia terdiri dari dua bagian yaitu emosi
positif dan emosi negatif. Hal-hal positif dan negatif memang selalu datang
silih berganti dalam kehidupan kita. Terkadang, kita terlalu egois dalam
menyikapi kondisi yang di alami, karena ingin semua hal yang terjadi berjalan
positif atau mungkin juga kita tidak mampu bersabar menunggu waktu datangnya
hal positif setelah terjebak sekian lama dalam kondisi yang negatif.
1.
Emosi Positif
Emosi positif adalah
emosi yang mampu menghadirkan perasaan positif terhadap seseorang yang
mengalaminya. Hill (dalam Syukur, 2011) mengatakan bahwa terdapat tujuh macam
emosi yang masuk dalam emosi positif, diantaranya adalah hasrat, keyakinan,
cinta, seks, harapan, romansa dan antusiasme. Ketujuh emosi tersebut merupakan
bentuk emosi yang paling dominan, kuat, dan paling umum digunakan dalam usaha
kreatif. Jenis emosi ini dapat menunjang keberhasilan karir dan dianggap tidak
merugikan orang lain. Seberapa besar keberhasilan dari emosi positif ini
tergantung dari batas kewajaran yang digunakannya.
Dari kenyataan
yang sering terjadi, energi emosi positif lebih baik digunakan dalam proses
mengingat jika dibandingkan dengan energi emosi negatif. Emosi yang positif
akan menghadirkan perasaan senang, sebab emosi ini dapat membuat otak ingin
mengenang kembali bayangan tersebut. selain itu emosi positif juga dapat
menumbulkan sebuah motivasi karena memang memiliki unsur motivasi yang luar
biasa kuat. Untuk menumbuhkan emosi positif ini kita harus mampu mengalahkan
energi yang terkandung dalam
muatan emosi negatif.
2.
Emosi Negatif
Emosi negatif
merupakan emosi yang selalu identik dengan perasaan tidak menyenangkan dan
dapat mengakibatkan perasaan negatif pada orang yang mengalaminya. Biasanya
emosi negatif ini berada di luar batas kewajaran, seperti marah-marah yang
tidak terkendali, berkelahi, menangis meraung-raung, tertawa keras dan
terbahak-bahak bahkan timbulnya tindakan kriminal. Umumnya, emosi negatif
menimbulkan permasalahan yang dapat menganggu orang yang mengalaminya, bahkan
berdampak pada orang lain dan masyarakat secara luas. Biasanya, orang yang
mengalami emosi negatif cenderung lebih memperhatikan emosi-emosi yang bernilai
negatif, seperti sedih, marah, cemas, tersinggung, benci, jijik, prasangka,
takut, curiga dan lain sebagainya. Emosi semacam itu akan berdampak buruk bagi
yang mengalaminya dan orang lain.
Hurlock (1993)
mengatakan bahwa ada 5 jenis emosi pada anak, diantaranya adalah :
a.
Marah
Penyebab amarah
yang paling umum adalah pertengkaran mengenai permainan, tidak tercapainya
keinginan dan serangan yang hebat dari anak lain. Anak mengungkapkan rasa marah
dengan ledakan amarah yang ditandai dengan menangis, berteriak, menggertak,
menendang, melompat atau memukul orang lain.
b.
Takut
Kebiasaan atau
ingatan tentang pengalaman yang kurang menyenangkan berperan penting dalam
menimbulkan rasa takut, seperti cerita-cerita, gambar –gambar, acara televisi,
radio maupun film yang mengandung unsur yang menakutkan. Biasanya reaksi awal
anak untuk rasa takut adalah panik, kemudian menjadi lebih khusus seperti lari,
menghindar, bersembunyi, menangis dan menghindari situasi yang menakutkan.
c.
Cemburu
Anak menjadi
cemburu apabila ia menginar bahwa minat dan perhatian orangtuanya beralih
kepada orang lain di dalam keluarga. Biasanya kehadiran adik yang baru lahir.
Anak yang lebih muda dapat mengungkapkan kecemburuannya secara terbuka atau
menunjukkannya dengan kembali berperilaku seperti anak kecil, seperti mengompol,
pura-pura sakit atau menjadi nakal. Perilaku ini semua bertujuan untuk menarik
perhatian
d.
Gembira atau senang
Anak merasa
gembira biasanya dikarenakan mendapatkan nilai yang bagus, hadiah, dan pujian.
Anak mengungkapkan kegembiraanya dengan tersenyum dan tertawa, melompat–lompat
atau memeluk benda atau orang yang dapat membuatnya bahagia.
e.
Sedih
Anak –anak
merasa sedih karena kehilangan segala sesuatu yang dicintainya atai sesuatu
yang dianggap penting bagi dirinya apakah itu orang, binatang atau benda mati
seperti mainan. Secara khas anak mengungkapkan kesedihannya dengan menangis dan
dengan kehilangan minat terhadap kegiatan normalnya termasuk makan.
D. Ekspresi Emosi
Emosi adalah keadaan internal yang memiliki perwujudan secara ekstrenal.
Meskipun yang bisa merasakan emosi adalah orang yang mengalaminya, namun orang
lain kerap bisa mengetahuinya karena emosi terekspresikan dalam berbagai
bentuk. Emosi dapat diekspresikan dalam bentuk verbal maupun nonverbal. Syukur
(2011) mengatakan bahwa ada beberapa jenis ekspresi emosi yang menunjukkan
kepribadian seseorang, diantaranya adalah:
a.
Ekspresi wajah
Semua emosi
yang dialami manusia akan diekspresikan melalui raut wajah. Hanya dengan
melihat wajah seseorang, kita bisa dengan tepat menebak emosi yang sedang
dialami oleh orang lain tersebut. Kita paham wajah orang yang sedang marah, sedih,
bahagia, takut atau terkejut. Dalam hal ini, wajah saat marah dan sedih
pastilah berbeda.
b.
Ekspresi vokal
Nada suara
seseorang akan berubah seiring dengan emosi yang sedang dialaminya. Seseorang
yang sedang marah, nada suaranya pasti akan terdengar meninggi. Demikian juga
seseorang yang sedang bahagia, ia akan berbicara dengan lepas dan lancar.
Sementara itu, seseorang yang sedang mengalami gangguan jiwa dan mengalami
kesedihan, kemungkinan besar nada suaranya akan terbata-bata, bahkan tidak
berbicara.
c.
Perubahan fisiologis
Saat kita
merasakan perubahan sebuah emosi, terdapat perubahan fisiologis yang
mengiringinya, baik yang bisa kita rasakan atau tidak. Saat takut, kita akan
merasakan detak jantung yang meningkat, berdebar-debar, kaki dan tangan
gemetar. Selain itu, kita juga merasakan bulu kuduk merinding, otot wajah
menegang, berkeringat, kencing di celana, dan lain sebagainya. Bahkan,
perubahan tersebut jarang juga diketahui oleh orang lain.
d.
Gerak dan isyarat tubuh
Sering kali,
emosi emosi seseorang akan diekspresikan melalui gerak dan isyarat tubuh.
Terkadang, kita cukup mengetahui seseorang sedang gugup atau jatuh cinta hanya
dari bahasa tubuhnya. Ia akan menjadi tidak hati-hati, banyak melakukan
gerakan yang tidak perlu, sering
melakukan kesalahan berkeringan dan lain sebagainya. Orang yang jatuh cinta
menatap yang dicintainya lebih sering, duduk condong padanya, tersenyum lebih
lebar dan lain-lain.
e.
Tindakan-tindakan emosional
Banyak cara
yang dilakukan oleh seseorang untuk mengekspresikan emosi yang dialaminya. Ketika
emosi marah melanda, terkadang seseorang hanya diam. Diam dianggap sebagai
salah satu tindakan yang mencerminkan keadaan emosionalnya. Namun, tidak jarang
kira melihat emosi seseorang yang sedang marah dengan membentak, memaki bahkan
memukul. Sementara itu, saat seseorang sedang dirundung kesedihan, ia hanya
sanggup mengapresiasikannya dengan menangis.
E.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Emosi
Menurut Mohammad Ali, dkk (2011) ada sejumlah faktor
yang mempengaruhi perkembangan emosi remaja, yaitu sebagai berikut:
1. Perubahan
Jasmani
Perubahan jasmani yang ditunjukkan dengan adanya
pertumbuhan yang sangat cepat dari anggota tubuh pada taraf permulaan
pertumbuhan ini hanya terbatas pada bagian-bagian tertentu saja yang
mengakibatkan postur tubuh menjadi tidak seimbang ketidakseimbangan tubuh ini
sering mempunyai akibat yang tak terduga pada perkembangan emosi remaja.
2. Perubahan
Pola Interaksi dengan Orang Tua
Pola asuh orang tua terhadap anak, termasuk remaja,
sangat bervariasi. Ada pola asuh menurut apa yang dianggap terbaik oleh dirinya
sendiri saja sehingga ada yang bersifat otoriter, memanjakan anak, acuh tak
acuh, tetapi ada juga yang dengan penuh cinta kasih.
3. Perubahan
Interaksi dengan Teman Sebaya
Remaja seringkali membangun interaksi sesama teman
sebayanya secara khas dengan cara berkumpul untuk melakukan aktivitas bersama
dengan membentuk semacam geng. Interaksi antar anggota dalam suatu kelompok
geng biasanya sangat intem serta memiliki kohesivitas dan solidaritas yang
sangat tinggi. Tujuan pembentukan kelompok dalam bentuk geng, yaitu untuk
memenuhi minat mereka bersama. Faktor yang sering menimbulkan masalah emosi
pada masa ini adalah hubungan cinta dengan teman lawan jenis.
4. Perubahan
Pandangan Luar
Ada sejumlah perubahan pandangan dunia luar yang
dapat menyebabkan konflik-konflik emosional dalam diri remaja, yaitu sebagai
berikut:
a. Sikap
dunia luar terhadap remaja sering tidak konsisten.
b. Dunia
luar atau masyarakat masih menerapkan nilai-nilai yang berbeda untuk remaja
laki-laki dan perempuan.
c. Seringkali
kekosongan remaja dimanfaatkan oleh pihak luar yang tidak bertanggung jawab,
yaitu dengan cara melibatkan remaja tersebut dalam kegiatan-kegiatan yang
merusak dirinya dan melanggar nilai-nilai moral.
5. Perubahan
Interaksi dengan Sekolah
Para guru disekolah merupakan tokoh yang sangat
penting dalam kehidupan remaja karna selain tokoh intelektual, guru juga
merupakan tokoh otoritas bagi para peserta didiknya. Posisi guru semacam ini
sangat srategis apabila digunakan untuk pengembangan emosi anak melalui
penyampaian materi-materi yang positif dan konstruktif.
Namun demikian,
tidak jarang terjadi bahwa dengan figur sebagai tokoh tersebut, guru memberikan
ancaman-ancaman tertentu kepada peserta didiknya. Peristiwa tersebut dapat
menambah permusuhan dari anak-anak setelah menginjak masa remaja. Cara-cara
seperti ini akan memberikan stimulus negatif bagi perkembangan emosi anak.
Hurlock, 1960
(dalam Sunarto, 2008) mengemukakan bahwa
perkembangan emosi remaja bergantung pada faktor kematangan dan faktor belajar.
Sunarto (2008) mengemukakan bahwa
kegiatan belajar turut menunjang perkembangan emosi. Metode belajar yang dapat
menunjang perkembangan emosi, antara lain:
a.
Belajar dengan coba-coba
b.
Belajar dengan cara meniru
c.
Belajar dengan cara mempersamakan
diri (learning by identification)
d.
Belajar melalui pengkondisian
e.
Pelatihan atau belajar di bawah
bimbingan dan pengawasan, terbatas pada aspek reaksi
Hurlock, 1980
dan Cole, 1963 (dalam Elida Prayitno, 2006) menyatakan beberapa penyebab yang sering menimbulkan
emosi negatif yaitu:
a.
Memperlakukan remaja sebagai anak
kecil sehingga mereka merasa harga dirinya dilecehkan.
b.
Dihalangi membina keakraban
dengan lawan jenis.
c.
Terlalu sering disalahkan atau
dikritik.
d.
Mersa diperlakukan secara tidak
adil.
e.
Merasa kebutuhan mereka tidak
dipenuhi oleh orang tua.
f.
Diperlakukan secara otoriter,
seperti dituntut harus patuh, lebih banyak dicela, dihukum dan dihina.
F.
Fungsi Emosi
Bagi manusia,
dalam teori Coleman dan Hammen dalam Syukur (2011), emosi tidak hanya berfungsi
untuk mempertahankan diri atau sekedar mempertahankan hidup. Emosi pada manusia
seperti yang dikemukakan oleh Martin dalam buku Psikologi Belajar, juga
memberikan fungsi sebagai pembangkit energi yang memberikan kegairahan dalam
hidup manusia. Emosi juga berfungsi sebagai
messengerartinya adalah emosi
yang terjadi dalam diri seseorang dapat membawa pesan atau informasi. Emosi
memberitahukan kita bagaimana keadaan orang-orang yang berada di sekitar kita,
terutama orang yang ita cintai dan sayangi, sehingga kita dapat memahami dan
melakukan sesuatu yang tepat dengan kondisi tersebut.
Dalam konteks ini, emosi bukan
hanya pembawa informasi (messenger) dalam komunikasi intrapersonal, tetapi juga
dalam komunikasi interpersonal. Lebih dari itu, emosi juga merupakan sumber
informasi tentang keberhasilan kita. Setiap emosi yang ada dalam diri kita
memberikan rangsangan terhadap pemikiran, khayalan baru dan tingkah laku yang
baru.
G. Gangguan Emosi
Sekarang ini
banyak teori yang muncul untuk mencoba menjelaskan sebab musabab gangguan
emosional. Teori-teori tersebut dapat dikelompokkan dalam tiga kategori :
lingkungan, afektif, dan kognitif (Hauck, 1967).
1.
Teori Lingkungan
Teori
lingkungan ini menganggap bahwa penyakit mental diakibatkan oleh berbagai
kejadian yang menyebabkan timbulnya stress. Pandangan tersebut beranggapan
bahwa kejadian ini sendiri adalah penyebab langsung dari ketegangan emosi.
Orangawam tidak ragu-ragu untuk mengatakan, misalnya, bahwa seorang anak
menangis karena ia diperolok. Ia percaya secara harfiah bahwa olok-olok itu
adalah penyebab langsung tangisan tersebut. Dengan nada yang sama, orang awam
tersebut percaya bahwa tetangganya menjadi depresif karena kehilangan
pekerjaannya, atau keterlambatannya pulang ke rumah sebetulnya membuat istrinya
naik pitam. Menurut teori ini, tekanan emosional baru bisa dihilangkan kalau
masalah “penyebab” ketegangan tersebut ditiadakan. Selama masalah tersebut
masih ada, biasanya tidak banyak yang bisa dilakukan untuk menghilangkan
perasaan-perasaan yang menyertainya. Karena yang disebut lebih dahulu diduga
sebagai penyebab dari yang belakangan, secara logis bisa dikatakan bahwa
penghilangananmasalah selalu dapat menghilangkan kesukaran. Memang, demikianlah
yang sering terjadi tetapi ini belum tentu dapat menghilangkan reaksi emosional
yang kuat sekali jika reaksi itu terjadi.
2.
Teori Afektif
Pandangan
professional yang paling luas dianut mengenai gangguan mental adalah pandangan
yang berusaha menemukan pengalaman emosionalnya bawah sadar yang dialami
seseorang anak bermasalah dan kemudian membawa ingatan yang dilupakan dan
ditakuti ini ke alam sadar, sehingga dapat dilihat dari sudut
yang lebih realistik. Sebelum rasa takut dan rasa salah tersebut disadari,
anak-anak itu diperkirakan hidup dengan pikiran bawah sadar yang dipenuhi
dengan bahan-bahan yang menghancurkan yang tidak bisa dilihat, tetapi masih
sangat aktif dan hidup. Ia bisa cemburu dan membenci ayahnya yang ditakutkan
akan melukainya karena pikiran-pikiran jahat tersebut. Anak ituakan mungkin
merasa bersalah karena rasa bencinya itu sehingga amat berharap mendapat
hukuman atas kejahatnnya. Karena tidak
menyadari kebenciannya itu, si anak tidak menyadari bahwa banyak kejadian tidak
masuk akal terjadi atas dirinya sebenarnya adalah alat untuk menghukum dirinya
sendiri.
Menurut
pandangan ini, bukan lingkungan, seperti si ayah yang menimbulkan gangguan,
tetapi perasaan bawah sadar si anak (atau secara teknis dikatakan afeksi).
Kelepasan hanya bisa dicapai bila perasaan tersebut dimaklumi dan dihidupkan
kembali dengan seseorang yang tidak akan menghukum anak tersebut atas
keinginan-keinginannya yang berbahaya.
3.
Teori Kognitif
Sekarang ini,
hanya satu teori utama yang patut dibicarakan, yakni “Psikoterapi Rasional-Emotif”
yang ditemukan oleh Albert Ellis (1962). Menurut teori ini, penderitaan mental
tidak disebabkan langsung oleh masalah kita atau perasaan bawah sadar kita akan
masalah tersebut, melainkan dari pendapat yang salah dan irasional, yang
disadari maupun tidak disadari akan masalah-masalah yang kita hadapi. Untuk
mengembalikan keseimbangan emosi, kita hanya perlu mengidentifikasi ide-ide
yang ada pada sianak; kemudian, melalui penggunaan yang logika yang ketat, ia
perlihatkan dan diyakinkan betapa tidak rasionalnya ide-ide tersebut; dan
akhirnya dia didorong untuk berperilaku berlainan melalui sudut pengetahuan
yang baru. Hanya inilah yang diperlukan untuk menenangkan gangguan emosional.
Tidak menjadi soal, apakah si anak disepelekan ataumembenci ayahnya. Semua
kesukaran mengenai hal semacam itu berasal dari pikiran keliru mengenai hal
tersebut. Bila sudah disadari bahwa pikiran-pikiran tersebut
salah, gangguan akan lenyap.
DAFTAR PUSTAKA
Dirgagunarsa, Singgih. 1978. Pengantar Psikologi. Jakarta: BPK Gunung Mulia
Fatimah, N. 2006. Psikologi perkembangan. Bandung : Pusaka
Setia
Hurlock, Elizabeth.
1996. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentan Kehidupan.
Jakarta: Erlangga.
Kartono, Kartini.
1986. Psikhologi Anak. Bandung:
Alumni.
Mudjiran. 2007. Perkembangan Peserta Didik. Padang: UNP
Press
Nugraha, Ali. 2008. Metode
Pengembangan Sosial. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sumadi, Suryabrata.
2005. Psikologi Kepribadian. Jakarta:
CV Rajawali
Setiono,
Kusdwiratri. 2009. Psikologi Perkembangan.
Bandung: Widya Padjadjaran
Sobur, Alex. (2003). Psikologi Umum.
Jakarta : Pustaka Setia.
Syamsu, Y. (2004). Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Jakarta : PT. Remaja
Rosdakarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar